Mengambil setting di Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, film ini mempunyai gambar-gambar indah dan kebiasaan-kebiasaan yang unik. Salah satunya adalah kehadiran "Pohon Cita-cita" yang berlokasi di sebuah bukit, tempat anak-anak menggantungkan cita-cita mereka yang ditulis dalam kertas dan dimasukkan ke dalam botol.
Amek, seorang anak yang memiliki bibir sumbing, tidak ikut menggantungkan cita-citanya di pohon itu. Ia yang sering dihukum oleh gurunya, Pak Alim (Lukman Sardi), merasa rendah diri atas kondisinya.
Padahal Amek memiliki kelebihan yang anak-anak bahkan orang dewasa di daerah itu tidak punya, yaitu selalu mengikuti isu-isu nasional lewat acara berita yang disiarkan melalui televisi. Orang dewasa di kampungnya pun sering bertanya isu apa yang sedang beredar saat ini kepada Amek. Lewat kelebihannya itu, ia memiliki cita-cita terpendam yaitu menjadi pembaca berita televisi.
Kisah Amek yang menjadi tokoh sentral juga dibumbui oleh perasaan rindunya kepada sang ayah. Zakaria (Asrul Dahlan) yang mengabdikan diri menjadi TKI meninggalkan Amek, Minun, dan istrinya yang selalu merasa rindu karena kesulitan berkomunikasi dengan Zakaria.
Sampai-sampai pada suatu hari Amek nekat menukarkan anak kambingnya dengan ponsel demi menelepon ayahnya! Orang sekampung pun membantu membuat tiang sinyal karena di kampung mereka harus naik pohon dulu untuk mendapatkan sinyal.
Dengan durasi yang cukup panjang, banyak konflik yang ada dalam film ini. Salah satunya tentang Smodeng, kuda kesayangan Amek yang membuat Amek beberapa kali memenangi lomba pacu kuda bersama teman-temannya. Ada juga tentang rencana kedatangan ayahnya yang tidak disangka-sangka.
Bagaimana kira-kira akhir dari kisah film ini, dan pesan apa yang ingin disampaikan?
Judul
|
Serdadu Kumbang
|
|---|---|
Tayang
|
16 Juni 2011
|
Durasi
|
1 jam 46 menit
|
Sutradara
|
Ari Sihasale
|
Pemain
|
Yudi Miftahudin, Ririn Ekawati, Aji Santosa, Fachri Azhari, Lukman Sardi
|
Genre
|
|
IMDb Rating
|
7.2/10 (31 Votes)
|