Sinopsis Film Susi Susanti: Love All (2019)

Sinopsis film Susi Susanti: Love All (2019)

Judul
Susi Susanti: Love All

Tayang

24 Oktober 2019

Durasi

1 jam 36 menit

Sutradara

Sim F.

Pemain

Laura Basuki, Dion Wiyoko, Jenny Zhang

Genre

Biografi | Drama | Olahraga

IMDb Rating

7,5/10 (146)

Trailer

YouTube


Sinopsis film Susi Susanti: Love All (2019)

DbFilm.web.id - Kota Tasikmalaya, tahun 1983. Susi Susanti remaja (Moira Tabina Zayn) mengenakan busana balet berwarna merah dan rok tutu. Siang itu, seharusnya dia tampil menari balet dalam lakon "The Nutcracker" di pentas 17 Agustus. Akan tetapi, keinginan dia untuk memberi semangat kepada kakaknya, Rudi yang sedang bertanding bulu tangkis membuatnya nekat untuk kabur. Saat Rudi kalah, Susi merasa sebal kepada lawan kakaknya karena meledek ayah dan ibunya. Dengan berani, Susi menantang lawan Rudi.

Susi tidak menyangka kalau kenekatan dia pada hari itu akan mengubah jalan hidupnya. Cita-cita terpendam menjadi pemain bulu tangkis, seperti ayahnya, telah dimulai. Pada umur 14 tahun, Susi bergabung dengan PB Jaya Raya di Jakarta. Latihan keras dia terima setiap hari di sela-sela sekolah dan aktivitas lain.

Beranjak dewasa, prestasi demi prestasi Susi torehkan. Di tingkat internasional, Susi (Laura Basuki) membuka prestasi saat meraih tiga medali emas pada ajang Junior World Championship. Dari situ, dia bergabung dengan Pelatnas Bulu Tangkis Indonesia, bersama antara lain Sarwendah (Kelly Tandiono), Ardy B. Wiranata, Hermawan Susanto (Rafael Landry), dan Alan Budikusuma (Dion Wiyoko).

Di bawah latihan fisik dan mental yang ketat dari pelatihnya, Liang Chiu Sia (Jenny Zhang), Susi menargetkan diri bisa meraih medali emas di Olimpiade 1992, Barcelona, Spanyol. Seperti yang tercatat dalam sejarah, Susi berhasil membawa pulang medali emas pertama untuk Indonesia] di Olimpiade.

Namun, ternyata kiprah Susi yang mengharumkan nama bangsa, tersandung masalah. Susi marah karena dia tidak kunjung mendapatkan status warga negara Indonesia karena merupakan warga keturunan Tionghoa. Masalah ini tidak hanya menimpa Susi, tetapi juga pelatihnya.

Ketidakjelasan status warga negara ini membuat Susi cemas. Pasalnya, tahun 1998, saat situasi politik Indonesia bergejolak, keluarganya yang merupakan etnis Tionghoa mendapat masalah. Kakaknya, Rudi, bahkan berencana pindah ke luar negeri untuk melatih bulu tangkis.

Di tengah situasi yang tak menentu ini, Susi harus tetap bertanding untuk Indonesia di ajang Piala Thomas dan Uber 1998 di Hong Kong. Di tanah air, keluarganya sedang menyelamatkan diri dari amukan masa terhadap etnis Tionghoa. Susi bertanya kepada dirinya sendiri, akankah dia tetap membela Indonesia sebagai tanah tumpah darahnya?

Helmi Fauziridwan

I am a Blogger who wants to share inspiration to people.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama